Sepuluh hal yang harus diperhatikan dalam merawat penyakit kulit:
1. Tidak semua penyakit kulit diobati dengan salep yang sama
Ada beragam penyakit kulit dengan beragam penyebab. Ada yang disebabkan
faktor luar, seperti luka. Luka kulit pun berjenis-jenis. Ada luka
lecet, luka serut, luka belah, luka lubang, dan luka patah tulang.
Perawatan luka perlu penanganan khusus. Luka dangkal dapat ditangani
sendiri, sementara luka dalam butuh jahitan dan perawatan khusus.
Bagaimana luka dirawat juga sering bermasalah. Yang pertama-tama perlu
dilakukan, lakukan perawatan luka secara benar saat awal luka terjadi.
Bersihkan luka dari segala jenis kotoran maupun kulit yang terkelupas
atau terkoyak. Jika luka kotor, bersihkan dengan sabun lunak (soda
rendah) dan bilas dengan air mengalir. Setelah bersih, bubuhi antisepsis
(penyuci hama), sekurang-kurangnya alkohol 70 persen (bukan 96 persen),
lalu tutup. Jangan terlalu rapat, berikan celah agar udara masih bisa
mengalir memapari luka.
Jika luka cukup dalam, setelah dibersihkan, luka dibasuh dengan cairan
peroksida (bisa dibeli bebas di apotek). Tujuannya untuk meniadakan
kalau-kalau ada kuman tetanus yang sudah telanjur ikut memasuki luka.
Cairan yang berbusa ini membentuk zat asam di dalam luka, suasana yang
tidak disukai kuman tetanus.
Luka yang tak memerlukan jahitan ditutup dengan kasa steril setelah
dibubuhi antisepsis. Jangan melapisi luka dengan kapas, sebab kapas
melekat pada luka, dan jaringan kulit muda yang akan terbentuk bisa
lengket ketika kapas diangkat. Akibatnya, luka tak kunjung pulih.
Jika luka sedikit menganga, usahakan merapatkannya agar kedua belahan
luka menyatu, sehingga memudahkan penyembuhan. Setelah dibalut, upayakan
agar luka tidak tersentuh air mandi atau air apa pun selama beberapa
hari. Ganti pembalut luka setiap habis mandi. Bubuhi lagi cairan
antisepsis.
Jika luka masih basah dan tampak cairan kuning, kemungkinan luka
terinfeksi. Kalau sudah demikian, tak cukup membubuhinya dengan
antisepsis. Tambahkan salep atau krim antibiotika. Jika tidak, luka akan
berubah menjadi borok. Borok selain menambah lama penyembuhan, luka
akan menyisakan bekas atau parut pada kulit.
Luka yang dirawat dengan benar, dalam beberapa hari akan mengering,
merapat, tidak basah, tidak meradang dan tak nyeri. Luka yang terganggu
penyembuhannya akan tetap basah, bengkak, dan nyeri, tanda luka
terinfeksi.
Luka yang ditutup secara ketat dan rapat akan mengganggu proses
penyembuhan. Luka akan tetap basah dan jaringan tunas kulit tidak
terbentuk, sehingga luka jadi lama mengering. Selain itu, menutupi luka
rapat-rapat berisiko tercemar kuman tetanus yang ada di alam bebas.
Terlebih luka di tungkai atau kaki. Spora tetanus bertebaran di
permukaan tanah, di mana-mana.
Luka kecil dan tidak dalam yang terjadi tidak di tempat yang kotor,
tidak memerlukan suntikan tetanus. Hanya luka dalam yang terjadi di
jalan atau tanah kotor yang memerlukan suntikan tetanus. Ada dua jenis
suntikan, yakni jenis serum dan jenis toksoid. Jika sudah pernah
mendapat suntikan tetanus beberapa tahun berselang, cukup diberi serum
ATS. Jika belum pernah disuntik tetanus, selain ATS diberikan toksoid
tetanus untuk membentuk zat anti-tetanus. Dokter akan mempertimbangkan
apa yang perlu dilakukan terhadap suatu luka.
Jika telanjur terinfeksi, luka biasanya menjadi basah berair, bernanah.
Sebaiknya tidak ditutup, tidak pula diberikan salep atau krim, melainkan
dikompres rivanol (bisa dibeli bebas di apotik) selama beberapa hari.
Ganti kompres setiap kali kompres sudah mengering. Salep atau krim
antibiotika baru dibubuhkan jika luka sudah kering betul. Luka basah
yang diberi salep atau krim akan sukar menyembuh. Begitu juga luka yang
sudah kering, tidak boleh dikompres.
2. Luka bakar bukan odol atau mentega salepnya
Sering terjadi, luka bakar diolesi odol atau mentega. Luka bakar tak
ubahnya luka umumnya, perlu dirawat secara suci hama. Odol dan mentega
tidak memberi manfaat, malah bisa buruk akibatnya. Odol atau mentega
mungkin tidak suci hama, sehingga kuman masuk ke dalam luka.
Luka bakar ringan (hanya kemerahan kulit tanpa lepuh) cukup diolesi
salep livertran (bisa dibeli bebas di apotik), dan tak perlu ditutup.
Luka bakar lepuh bergelembung, jangan dipecahkan. Biarkan pecah sendiri.
Setelah pecah, lindungi dari paparan air mandi, sebab kulit di dalam
masih kulit muda yang mudah ditembus kuman. Perawatan dengan antisepsis
tetap perlu selain menambah salep livertran. Sekarang ada salep jenis
lain untuk membantu menumbuhkan jaringan kulit baru.
Luka lepuh bergelembung yang luas butuh perawatan rumah sakit. Demikian
pula luka bakar berat yang mengelupasi kulit sampai dalam, dan bikin
kulit gosong, juga tak dapat dirawat sendiri di rumah.
3. Jahitan luka jangan dibiarkan tidak dibuka
Jika luka sampai dijahit, jangan lupa untuk membuka jahitannya. Sering
terjadi, pasien tidak kembali ke dokter untuk membuka jahitan. Biasanya
jahitan dibuka seminggu kemudian, atau lebih dini jika terjadi infeksi.
Luka dijahit bisa saja terinfeksi. Selain bengkak dan nyeri, mungkin ada
jahitan yang mengelupas dan lepas. Jika ini terjadi, perlu dirapikan
ulang. Jika tidak dikoreksi, luka akan menyisakan bekas yang jelek.
Jahitan luka memang tidak selalu harus dibuka jika memakai cara klem
atau jahitan langsung dengan benang usus. Selama memakai benang sutera,
jahitan perlu dibuka. Jika tidak dibuka, benang merupakan benda asing
sumber infeksi. Bisa jadi, penyembuhan luka tidak berlangsung sempurna
dan benangnya akan menyatu terikat oleh jaringan kulit baru. Ini tentu
tidak sehat.
4. Jangan mengeleti keropeng luka
Seringkali, keropeng luka yang sudah mengering dan terasa gatal
dikeleti. Biarkan kulit kering yang mati bercampur sisa darah dan nanah
mengelupas sendiri. Mengeleti keropeng luka berarti membuka lapisan
kulit yang masih muda di bawahnya terpapar dunia luar. Kulit muda belum
siap terpapar dunia luar, juga belum kuat menghadapi ancaman infeksi.
Biarkan secara alami, begitu kulit muda sudah cukup matang, ia akan
mendesak keropeng di atasnya untuk terkelupas sendirinya.
Lepasnya keropeng secara tak sengaja (tersenggol) biasanya akan
mengeluarkan darah, tanda kulitnya masih rapuh. Dalam keadaan demikian,
bubuhi antibiotika untuk melindungi kulit muda agar tak terinfeksi dan
terjadi borok baru.
5. Kulit eksim tidak memakai salep jamur
Banyak ragam penyakit kulit. Kelihatannya serupa, namun kenyataannya
tidak sama. Eksim misalnya. Eksim kerap disangka jamur. Jika eksim
diberi obat jamur tentu tak bakal sembuh. Demikian pula jika jamur kulit
diobati obat eksim, sama tak bakal sembuhnya.
Penyakit kulit itu spesifik obatnya. Jika obat tidak tepat, kelainan
kulitnya pun jadi kacau dan majemuk. Maka, sembarang dan serampangan
asal memakai salep, tidak dianjurkan. Banyak salep kulit dijual, bukan
berarti serbaguna buat penyakit atau kelainan kulit apa saja. Jika tak
tepat pilihan obatnya, penyakit kulitnya malah bertambah kacau balau.
Penyakit kulit yang sudah kacau balau lebih pelik menyembuhkannya.
6. Penyakit kulit basah tidak disalepi dulu
Penyakit kulit yang tidak dirawat secara benar seringkali berkembang
menjadi infeksi kulit. Kulit menjadi basah. Kita acap menyebutnya eksim
basah. Eksim yang digaruk keras akan menjadi luka dan basah. Dalam
keadaan demikian, salep tidak menolong. Penyakit kulit basah harus
dilawan dengan basah lagi, yakni mengompresnya. Kompres dibasahi berkala
setiap beberapa jam setiap kali kompres mengering. Tujuan kompres
adalah menyedot getah yang membasahi. Setelah mengering, baru diberi
obat eksim.
Eksim sering sudah tercemar infeksi akibat digaruk, atau bisa juga
tercemar jamur. Eksim terinfeksi kuman dan jamur tak sembuh hanya dengan
obat eksim, namun perlu ditambah antibiotika dan anti-jamur.
7. Jangan lanjutkan pemakaian obat jika tak sembuh-sembuh
Sewring orang menganggap penyakit kulit umumnya berlangsung lama,
sehingga pemakaian obat yang dibeli sendiri tidak dibatasi kendati tidak
sembuh. Hentikan obat jika tak menyembuh. Mungkin obatnya tidak tepat.
Hal ini sering terjadi pada penyakit kudis.
Kudis sering luput terdiagnosis. Selain terlupakan, gambaran kulit pada
kudis tidak begitu tegas. Kelihatan hanya bintik-bintik bentol kecil
merah, biasanya di bagian kulit yang tipis dan empuk, seperti di sela
jemari tangan, pergelangan tangan, di perut, dan kulit bokong.
Macam-macam kudis tak mungkin sembuh kalau tidak memilih obat khusus
kudis (antikudis) yang cara pemakaiannya pun khusus.
Kudis menular pada anggota keluarga. Lewat pegangan, jabatan tangan,
singgungan kulit, hubungan kelamin, kutu kudis berpindah dari pengidap
ke kulit sehat. Kutu kudis bersarang di lapisan kulit, keluar malam hari
dan gatalnya minta ampun.
8. Reaksi alergi kulit tak selalu memerlukan salep atau krim
Sering pula kulit mengalami reaksi alergi. Tandanya, yang ringan hanya
biduran, gatal-gatal sekujur tubuh. Yang berat, bisa mengelupas, lepuh,
dan jika berat sekali muncul gelembung-gelembung cairan sekujur badan.
Obat alergi kulit sama, yaitu antialergi yang diminum. Jika berat, butuh
suntikan antihistamin. Kulitnya dibubuhi bedak antigatal. Jika berat
dan mengelupas, baru diberikan antihistamin krim atau lotion. Alergi
kulit yang hebat dan berbekas terjadi pada alergi terhadap antibiotika
golongan sulfa. Orang yang berbakat alergi perlu berhati-hati jika
diberi obat golongan sulfa. Gejalanya, bibir terasa tebal, gatal, lalu
tumbuh eksim menyerupai tompel di sekitar bibir yang biasanya membekas
seumur hidup. Inipun perlu obat antihistamin.
9. Agar tidak menyisakan bekas, luka atau penyakit kulit jangan sampai terinfeksi
Setiap luka atau penyakit kulit mendindikasikan terjadi kerusakan pada
permukaan kulit. Tergantung jenis luka dan penyakit kulitnya, lapisan
kulit yang terkena bisa dalam, bisa juga dangkal. Semakin dalam kelainan
kulit, semakin besar risiko menyisakan bekas setelah menyembuh.
Agar tidak sampai terjadi bekas luka, rawatlah luka dengan benar sejak
awal. Jika luka atau penyakit kulit lain sampai terinfeksi akibat
jeleknya perawatan luka, tidak bisa tidak, akan membekas. Luka yang
membekas sukar dikoreksi dan memerlukan bedah plastik.
10. Tidak memberitahu kalau punya bakat keloid
Ada orang yang berbakat keloid. Artinya, setiap sembuh dari luka, akan
terbentuk bentol di sekitar bekas luka semacam daging tumbuh. Secara
kosmetis, ini tak sedap dipandang, terlebih jika terjadi di wajah.
Risiko ini bisa dicegah dengan memberikan suntikan khusus selama luka.
Termasuk jika hendak dioperasi, dokter perlu diberitahu kalau punya
bakat keloid, sehingga pada luka bekas operasi diberikan obat khusus
mencegah cheap pills terbentuknya
keloid. Keloid yang sudah terbentuk bisa disuntik berulang kali untuk
mengempiskan benjolannya, namun tidak bisa mulus sempurna.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar